Kamis, 29 Maret 2018

Pengalamanku melihat arwah

Siapa sih yang gak kenal ataupun gak tau dengan istilah "Magis" dan "Keramat". Gini ya.. Aku mau berbagi nih, mau cerita tentang pengalamanku yang dikenal dengan "melihat hantu" khususnya bukan hantu sih, tapi arwah atau juga bisa dibilang dalam istilah bahasa bali "Bhatara memargi" .
yok kita mulai!
.
.
Seingatku waktu itu aku masih smp. Mungkin duduk di kelas 8. Dulu aku kalau bagian sembahyang itu malas dan jarang bahkan bisa di bilang tidak pernah jika tidak di suruh (jangan diikuti!). Nah.. Tumben banget nih aku kepepet pengen sembahyang di pura dalem, tepatnya di patung (togog) yang berada di samping jalan raya (btw aku beragama Hindu). Karena biasanya orang-orang memang bersembahyang disana untuk meminta keselamatan saat berlintas disana. Lanjut cerita, aku itu sembahyangnya sendirian dan malam sekitar jam 7an. Nah biasanya sih kendaraan yang lewat itu banyak, apalgi para remaja banyak ada di sekitar sana. Pada suatu hari aku sembahyang disana sekita jam 7an (bisa dibilang sandikala)  dan itupun aku memang sendirian gitu karna sudah terbiasa juga, bahkan gak kepikiran dengan yang namanya takut akan apapun.
Terus aku lanjut tuh sembahyangnya, pertama di pohon beringin, kedua di Sang Suratma, lalu di togognya. Nah pas selesai tuh, aku kan beresin canang dan dupa sebelum pulang di motor. Awalnya sih aku biasa aja, tapi beberapa saat kemudian aku baru nyadar, ternyata semenjak tadi belum ada motor satupun yang lewat. Berasa ada yang aneh aku lanjutin aja, lalu ada hawa panas gitu. Entah kenapa kepalaku tiba-tiba melihat ke depan padahal udah kepikiran jangan pernah liat kesana kalian tau kenapa? Karena sebelah timur di tempatku sembahyang ada kuburan tepat dibelakangnya. Nah waktu aku liat ke arah kuburan, entah kenapa mataku gak bisa berpaling ke arah lain, aku melihat sosok bayangan putih (tuh kan! waktu nulis ini udah pada berdiri bulu kudukku). Bayangan itu berjalan sangaaaat pelan dari arah pura dalem menyeberang ke arah kuburan. Bayangan itu berwarna putih tinggi, dengan rambut panjang yang bergerai, pakaiannya kayak jubah gitu. Nah, waktu bayangan tinggi itu sampai di depan kuburan, bayangan itu langsung berubah wujudlebih tepatnya binatang. Karena aku melihat ekor panjang yang menjulang ke atas. Itupun sangat panjang dan berlilit. Aku masih ragu, antara berubah menjadi monyet atau harimau aku gak tau. Setelah bayangan itu berubah dia langsung belok menuju ketimur lagi, karena tepat setelah kuburan disana ada pura Prajapati. Menirutku sih bayangan itu pergi kesana.
Setelah melihat bayangan itu menghilang entah kenapa aku merasa biasa saja, gak ada rasa takut atau penasaran. Aku langsung naik motor dan pulang. Itupun jalan ke arah rumahku gelap dan banyak pohon-pohon besar. Dalam perjalanan aku hanya memikirkan bayangan yang tadi aku lihat. Banyak pertanyaan dalam pikiranku. Hingga sampai rumah. Dan hal yang paling aku herankan, saat aku memasuki rumah, rasa takut yang berlebihan datang. Entah kenapa perasaan yang tadinya cuma biasa-biasa saja menjadi takut dan penasaran jika memikirkan bayangan itu. Karna gak tahan dengan perasaan yang gak karuan itu, aku pun bercerita dengan nenek. Dan katanya itu adalah arwah yang tinggal disana atau disebut dengan "bathara sane melinggihin". Memang rasa takut sudah berkurang. Tapi itulah yang aku herankan, kenapa saat aku melihat secara langsung, takut itu tidak keluar dan bahkan aku berani dan biasa-biasa saja. Tapi ketika aku sampai di rumah itupun sudah melewati pintu rumah entah datangnya dari mana ra satuku itu menghantui. Sungguh aneh tapi nyata.
.
.
Itu lah ceritanya, benar-benar pengalaman yang lumayan buruk. Semenjak kejadian itu, hingga saat ini aku sangat jarang pergi bersembahyang kesana, mungkin sekitar jam 6an asalkan masih terang saja sih hehe..
Kalau masalah kalian percaya atau tidak, itu menurut keyakinan kalian sendiri. Cuma satu hal yang penting harus diingat "jangan pernah meremehkan suatu hal yang belum tentu kau tau itu benar atau tidak"  
Semoga ada hikmah yang dapat diambil
Suksma..*

Rabu, 14 Maret 2018

Opini: XI MIA 1

Malam ini aku akan mnceritakan bagaimana situasi kondisi di kelas yang hampir sudah mau menginjak 2 tahun ku tinggali. XI MIA 1 (kurikulum 2013) ak.th.2k17/2k18 SMA Negeri 1 Seririt, Buleleng, Bali. Itupun karena sesuai dengan permintaan temanku(P).
Singkatnya sih, aku nyaman sudah ada di kelas ini. Walau pernah terngiang untuk pindah ke jurusan bahasa karna tidak sesuai dengan apa yang saya minati (penulis). Tapi lambat laun aku merasa sudah beradaptasi dengan orang-orang di kelas ini. Begitu cepat itu yang kurasakan (sok ramah ceritanya) .
Kelas ini berjumlah 31 orang (jumlah cewe dan cowo gak tau dan gak peduli wkwkwk). Ini ya,, aku ceritain dari sisi pandangku sebagai salah satu siswa disana. Menurutku sih kelasku itu banyakan orangnya gengsi, takut, dan punya rasa malu yang kuat (bukan kemal*an hihihi). Itu sudah terbukti setiap ada perlombaan acara  sekolah teman-teman stay bongol dan gak peduli. Mereka lebih mentingin harga diri sendiri, kurang ada rasa bersatunya. Apalagi jika masalah panggung, aduuhaaiii beribu alasan terlontar dan tersurat pada puing-puing udara.
Hubungan di kelas ini kadang anjlok kadang tinggi, kadang juga sih aku merasa kelas ini terlalu mengintimidasi ya begitulah.. aku Cuma ngerasaain kurang ada persaudaraan jika dirasakan di dalam hati. Mereka kadang Cuma ngomong “-kita itu saudara –jangan ada yang bermusuhan –jangan ke gituu kan teman ---- bla bla bla” kadang risih juga sih itu cuma omong kosong atau memang tulus?.
Setiap pandangan individu itu berbeda ya.. aku ngerti kok pemikiran kita itu berbeda-beda. Apalagi masalah berteman. Yang aku heranin kelas ini kayak ada perkelompokan gitu. Kayak ada yang ngajak-ngajak itu aja, gak mau bergaul. Pintar sekali dalam menyembunyikan wajahnya. Menurutku, kelas ini egonya juga besar, gimana ya aku nyelasin. Kayak emosinya itu gak bisa di kontrol. Selalu mementingkan diri sendiri (bukan maksud nyindir ya,, itu kenyataan). Apalagi dalam proses pembersihan, NO NO NO,, sangat buruk! Jujur cang bro!. mereka itu gak ada usaha-usahanya dalam bekerja sama (-_-).
Kebanyakan yang cewe dan cowo sama saja. Gak mau dikalahkan, selalu ingin menang, susah mendengarkan pendapat orang.
Tapi …
XI MIA 1 perlu diberi acungan jempol. Karena rasa kebersamaannya dalam menyontek dan makan di kelas haha.. pertemanan diantara sesama juga sudah cukup membaik. Selera humor mereka sangat tinggi sampai-sampai jika ada yang tidak ngerti, pasti cepat emosian wkwkwk..
Rasa kebersamaan mereka juga tinggi, seperti dalam tugas, jika banyak suara berkata “tidak” ya tidak. Jika saya amati, perhatian dan rasa kepo di kelas ini sangat besar. Walau banyak juga yang lola pikirannya. Selama hampir 2 tahun ini aku tidak pernah merasa ditinggalkan. Semua memiliki rasa saling tolong menolong dan rasa sayang yang tinggi (sudah meningkat maksudku).
Lucunya, jika diperhatikan teman-teman kebanyak stay di kelas dan berkumpul dengan teman sekelas. Hanya beberapa orang saja yang jarang ada dikelas. Banyak saya dengar mereka malas dan malu keluar kelas, wkwk begitulah apalagi sama kakak kelas. Banyak sifat-sifat yang tertanam di kelas ini. Sehingga mungkin sudah terbiasa dengan cara mereka berbicara, berpakaian, berprilaku, dan berpikir. Kelas ini juga termasuk kelas yang tertutup dan pendiam (ngelepetin).
Sungguh beragam perasaan bisa dirasakan disini, susah senang kita selalu melaluinya bersama-sama. Sungguh rasa kekeluargaan yang tinggi. Aku ngerasain ikatan persaudaraan disini sangat ditekuni. Salut pokoknya sama kelas ini (lopeee yuuu).
Aku berharap semoga kita bisa mencapai semua apa yang kita inginkan. Dan meraih kesuksesan bersama-sama. Kalian semua adalah keluargaku. Tempatku bersandar dimana jika dunia ini sudah menjadi lautan kepedihan (puitis amat).
Ya begitulah menurutku dari segi pandangku terhadap kelas ini. Semoga tidak ada yang tersinggung ya,, ini hanya sebuat pendapat saja.

Minggu, 11 Maret 2018

Diary1-NoName


Perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan cara apapun dan bagaimanapun. Kadang kebingungan adalah jalan menuju kematian. Bagaimana tidak, saat semua manusia mengalami kebingungan , depresi, haha bahkan di ujung tanduk sekalipun mereka akan bertemu jalan pintasnya. Yaitu, kematian.
Tak dapat dipungkiri lagi aku adalah salah satu dari mereka, tapi bukan berarti satu satunya jalan ku adalah kematian. Tidak, itu konyol sekali.
SAAT INI ENTAH PIKIRAN dari mana datangnya, aku terbawa emosi yang cukup membuat kepalaku seakan ingin pecah, dan mengundang otakku untuk keluar dari tengkoraknya. Emosi itu seakan enggan untuk pergi, seakan enggan ntuk lenyap. Rasanya ingin sekali aku menghantam diri ini ke dalam jurang yang tingginya dapat kita bayangkan selangkah kaki anak kecil. Itu sangat tidak menyakitkkan. Ingin lebih? Aku sudah menyesuaikannya di dalam khayalanku saja.
Sedih, senang, rasanya bercampur aduk. Kadang orang lain tidak bisa mengerti perasaanku, kadang orang lain hanya menebar senyum palsu seolah-olah mereka tahu semua itu. Pernah aku berpikir tidakkah capek rasanya memakai dua topeng sekaligus, bahkan ada yang lebih dari itu. Aku heran betapa ingin sekali mereka dengan kata perhatian. Aku benci orang yang hanya berpura pura saja, seenggaknya mereka taulah apa yang ingi mereka sembunyikan di balik semua senyum dan tawa itu.
Jengah !
Aku terlalu mudah percaya dengan orang lain. Taukah kenapa? Karna aku tau sebuah kepercayaan adalah hal yang sangat penting, walau seberapa banyak mereka berbohong. Tapi aku juga harus pintar seperti mereka. berpikir jadi manusia jangan setolol mereka yang suka membohongi, setidaknya mencobalah untuk memilik dua topeng
Tidak salah juga mencoba untuk menjadi seorang tokoh dengan peran antagonis. Melempar vas bunga mawar ke atas langit. Dalam hidup ini menjadi orang baik sama dengan menunduk menyungsuhkan kaki mereka yang berkuasa. Tak ada artinya jika kau terus menerus membungkkuk seperti batu malin kundang. Kau tau hormati mereka yang pantas kau hormati dan juga yang menghormatimu. Tuhan yang menentukan kapan kau harus menunduk dan menengadah.
Buat apa memilih hal yang tak pasti, jika memang tak pasti pastikannlah bahwa itu cukup bahkan sangat cukup untuk mendapingimu.
Bercampur aduk rasanya tulisan ini, karena apa? Karena pikiranku terbang entah kemana. Haha kadang aku tertawa sendiri merenungkan kebingungan diri ini. Menganggap bahwa aku sudah bisa tersenyum tanpa orang lain membuat senyum itu melekat pada bibirku ini.

Trims
Lope lope

Kamis, 08 Maret 2018

Takdir tak bisa berkata_cerpen

Halloo~~ maaf sebelumnya😢 postingan saya yang kemarin saya hapus~~
Untuk diperbaiki ulang karena setelah dibaca ya tuhaaann.. Sangat buruk, so sekarang sudah ada perbaikan dan saran dari teman-teman😘 terima kasiihh🙏

Aku adalah anak pertama dari kedua orang tuaku, namaku Caya. Aku masih menginjak kelas 5 sekolah dasar. Adikku, Adi masih berumur 5 tahun yang masih belum bisa membaca. Kami hanya dua bersaudara di rumah yang sangat sederhana. ibu dan ayahku? Jangan tanyakan itu lagi. Mereka hanya memiliki waktu untuk berdebat dan saling menyakiti. Ya.. aku dan adikku lahir di keluarga yang berantakan. Ayah dan ibu yang selalu bertengkar, nenekku yang sudah tua itupun beliau tinggal dingan saudara ayahku, tetangga yang tak pernah peduli, dan hubungan yang kurang baik dengan keluarga dari saudara ayahku. Mungkin aku yang menganggapnya berlebihan, tapi aku tidak salah. Bagaimana tidak, umurku yang masih 11 tahun belum cukup tahu kebenaran yang ada di lingkunganku, belum tahu alasan mereka membenciku. Yang aku tahu hanyalah bagaimana perasaanku dan adikku yang rasanya seperti di buang.
Rumahku tidak pernah ada yang namanya kedamaian ketika ayahku datang  dengan sebotol minuman yang menurutku itu adalah racun, ya.. racun yang akan membunuhnya. Jangankan bermain denganku, untuk menemani tidurku pun ia tak mau. Tapi dia tetaplah ayahku, karena dia masih menyayangi adikku saat dia sakit. Kadang aku merasa bahwa aku hanya memiliki seorang ibu, aku takut aku akan melupakan ayahku karena semua rasa benci menyelimutiku. Sedangkan ibuku, beliau berupaya keras untuk mencari uang dan melindungiku. Ibu selalu bisa tersenyum untukku, walau mungkin ibu masih menangis dalam hatinya. Aku tau menjadi ibu sangat menyakitkan. Kadang darah dan goresan-goresan luka masih membekas pada tubuhnya, itu karena ayah. Sakit yang ia tahan dan rasakan sangat tidak mungkin dapat ditahan hanya demi orang tersayang. Ibu selalu menjaga adikku yang sakit dan mengantarkanku berangkat sekolah. Dia adalah ibuku yang sangat aku sayangi.
Hingga pada suatu hari, hal yang sangat tidak aku inginkan telah terjadi.
“ huaa.. hiks.. hiks.. bu… ayah! Sudah hentikan.. “ ibu tertidur dilantai dengan darah yang mengalir di kepalanya. “ayah! Hentikan .. ibu sakit.. ibu,,”. Ayah tetap tak mendengar, bahkan beliau semakin liar dan terus memukul ibuku. Aku tidak tahu kenapa ayah menjadi seperti monster dan seperti bukan ayahku, sekarang aku sangat takut. Aku melihat adikku dengan badan yang bergetar ketakutan, adikku hanya bisa menangis sama sepertiku. “kak.. ibu kenapa.. kenapa.. ayah memukul ibu.. apa ibu nakal?” tanya adikku dengan tangisan yang ditahan. “ ayah.. hentikan.. ibu sakit..”.
Tak adakah yang menolongku? Ibukku perlu bantuan. Apakah teriakanku tak membangunkan tidur patung mereka? saat ini aku merasa menyesal pada diriku sendiri, karena tak bisa berbuat apapun. Sedikitpun aku tak bisa membantu ibu.
Dengan tenaga yang sangat lemah, ibu merangkak mendatangiku dan adikku di pojok rungan kamar. “nak, tetaplah dirumah, jangan minta bantuan pada bedebah disini, jaga adikmu, ibu akan kembali. Jangan nangis ibu akan baik-baik saja. Carilah nenekmu di Tegal.” Aku hanya bisa mengangguk dengan tangisanku yang semakin keras.
Ayah datang lagi. Dengan kasar ia menarik rambut panjang ibukku dan membawa ibu keluar dari rumah ini. Aku melihat raut wajah ibu yang merintih kesakitan. Aku berteriak sangat keras, hingga suaraku ditelan oleh kesunyian. Suara gaduh dari pertengkaran ayah dan ibu sudah tidak terdengar. Aku menggendong adikku keluar dari rumah mencari keberadaan ibuku. Hanya jalan yang sepi menyapaku, dan malam yang gelap tanpa penerangan lampu.
Aku bingung harus kemana, dan berharap ibuku selalu dilindungi oleh Tuhan. Aku menyusuri jalan sepi, hanya berdua dengan adikku yang berada dipunggungku. Aku masih merasakan adikku menangis dalam diam. Sungguh kasihan, adikku yang masih kecil sudah melihat hal yang seperti ini.
“ibu.. kau dimana,, hiks.. aku takut sendiri dirumah.. ibu..” aku masih menyusuri jalan itu. Terlihat tak satupun rumah terbuka untuk kami menanyakan dimana ibu. Cukup lama aku berjalan dengan tangisan, punggungku terasa sangat pegal dan kaki semakin gemetar. Ternyata adikku terlelap karena lelah menangis semalaman. Akupun memutuskan untuk kembali pulang, walau rasa takut selalu menghantui perasaanku.
Ku baringkan adiku di kamarnya. Aku lapar, aku haus, aku bingung dimana mendapatkan makanan. Yang aku pikirkan sekarang adalah menunggu ibu pulang. Entah kemana ayah membawa ibu pergi aku hanya berdoa dia masih bisa bernafas.
Tok.. tok.. pintu rumah berbunyi menghentikan pikiranku yang masih kacau. Akupun membukanya dan melihat seorang kakek tua berdiri didepanku dengan jenggot putihnya yang panjang. Aku diam, saat ini aku belum dapat berfikir jernih. “ayo aku hantarkan kalian ke rumah nenekmu.” Aku masih terdiam, belum mengerti apa yang dimaksud kakek itu. “anda,, siapa? “ tanyaku heran, ”aku teman nenekmu, cepatlah bergegas sebelum ayahmu pulang dan mengamuk lagi.”
Dan akhirnya akupun pergi menggendong adikku yang masih tertidur pulas kerumah neneku, dengan motor vespa yang aku tumpangi. Aku masih bingung kenapa saat aku berteriak meminta tolong kakek ini tidak ada?. Menurutku itu tidak penting, intiknya sekarang aku pulang ke rumah nenek.
Tok..tok..tok.. “nenek! Buka pintu nek!” teriakku yang keras, tanpa menunggu lama, nenek dan kakek membuka kan pintu dengan raut wajah yang khawatir. “mereka bersamaku, kemarilah aku perlu berbicara denganmu” kakekku dan kakek berjenggot itu berbicara empat mata. Nenekku pun membaringkan adikku yng masih terlelap di kasurnya. “nek.. hiks,,” tanpa  banyak kata akupun menangis menceritakan semua yang aku dan adikku alami. Nenek hanya bisa memelukku erat sambil menangis, dengan mendengarkanku tanpa melewatkan sepatah kata pun.
Kakek datang menghampiriku dan mengelus kepalaku. “makan dulu lalu tidur, jangan pikirkan ibu dan ayahmu. Tidurlah dengan nenekmu.” Kata kakekku yang langsung pergi ke kamarnya.
Keesokan harinya aku bangun dengan mata sembab karena lelah menangis seharian. Rasa haus membuatku untuk pergi ke dapur. Saat itupun aku melihat ibu duduk lemas di kursu dapur dengan luka-luka yang cukup banyak di tubuhnya. Seketika aku menangis lagi, ibu pun menghampiriku dan memeluk sambil berkata “tenanglah nak, ibu berjanji tidak akan seperti ini lagi. Kita akan bebas, ibu akan berpisah dengan ayahmu”. Aku pun diam dengan seribu kata.
Tak ada yang tahu bagaimana takdir kita dalam hidup ini. Keluarga yang runtuh, tak seorangpun menginginkannya. Semua itu hanya menyakitkan, luka yang tak pernah bisa disembuhkan dengan apapun. Dan itulah aku, dengan seribu luka yang ku dapat dari hidup ini. Yang aku tau, aku adalah anak yang masih berumur 11 tahun yang sudah merasakan sebuah kepedihan yang melebihi dari semua sakit di dunia ini. Aku adalah anak yang berumur 11 tahun yang masih belum siap menerima semua alur hidup ini. Ya.. itu adalah aku.. Caya yang terlahir dari keluarga yang menyakitkan.

Selasa, 06 Maret 2018

Puisi bahasa Bali Sebet

Om swastyastu! Ini nih puisi bahasa bali pertama saya😁 yeeyyy akhirnya bisa juga
Maunya dibikinin lagu tapi gak bisa buat melodi😭
.
.

Ngude kene isin hatine
Uyang tanpe artine
Beneh ape pelih
Tyang tusing ngidaang medaang
Ape krane kene..
Ipidan rage saling gelahang
Ipidan rage saling sayangang
Tur ngudiang jani saling salahang
Ape krane kene..
Yen sube med morahan
Depang tyang pedidi tanpe bli
Suud sube tyang ngarepang
Yen sube kene unduke jani
Aluh sube beli ngalih nak luh elenan
Aluh masi tyang idup tanpe beban

RINDUKU RINDUMU


Memang awal sulit kurasa
Tapi kucoba untuk terbiasa
Sampai aku tau rasa lelah
Yang begitu sulit untuk diungkapkan
Aku percaya mentari akan datang lagi
Menerangi semua kegelapan pikiran
Terlalu banyak ku lewati malam
Tertidur pulas tanpa pelukan hangat
Termenung dalam gelutan kerinduan
Sungguh aku merindu, lebih dari rindu
Datanglah dan dengarkan suara hatiku
Bawakan aku cinta kasih hangatmu
Peluk erat ragaku seakan kita tetap menyatu
Jangan kau ragu akan diriku
Penantian panjang tak akan berarti bagiku
Karna aku milikmu dan kau selalu tau itu
Sungguh aku rindu, lebih dari merindu
Andaikan jarak itu hanya sejengkal
Akan ku tarik dirimu dalam pelukan cintaku
Dan kuucap selamat tinggal pada waktu

Menanti?


Aku menunggumu..
Menunggu setiap ketik pesanmu
Andaikan kau tau itu
Aku tersiksa, tertahan sendiri tanpa seseorang
Yang kuharap kau cepat tersadar
Tersadar dari amarah
Tersadar dari kesalahpahaman
Kita sudah tau itu bahwa jarak dan waktu menjadi batas
Kita sudah tau itu bahwa kepercayaan adalah kunci suatu hubungan
Kini semua terserah padamu
Jika waktuku sudah lelah
Jika harapanku sudah sirna
Cepatlah kabari aku dan ucapkan selamat tinggal padaku
Karma aku tau..
Memaksamu adalah membuatku tersakiti
Kini aku belajar untuk merelakanmu
Merelakan semua yang bukan milikku
Aku tunggu balasanmu
Dan ku terima dengan iklas apapun keputusanmu