Minggu, 11 Maret 2018

Diary1-NoName


Perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan cara apapun dan bagaimanapun. Kadang kebingungan adalah jalan menuju kematian. Bagaimana tidak, saat semua manusia mengalami kebingungan , depresi, haha bahkan di ujung tanduk sekalipun mereka akan bertemu jalan pintasnya. Yaitu, kematian.
Tak dapat dipungkiri lagi aku adalah salah satu dari mereka, tapi bukan berarti satu satunya jalan ku adalah kematian. Tidak, itu konyol sekali.
SAAT INI ENTAH PIKIRAN dari mana datangnya, aku terbawa emosi yang cukup membuat kepalaku seakan ingin pecah, dan mengundang otakku untuk keluar dari tengkoraknya. Emosi itu seakan enggan untuk pergi, seakan enggan ntuk lenyap. Rasanya ingin sekali aku menghantam diri ini ke dalam jurang yang tingginya dapat kita bayangkan selangkah kaki anak kecil. Itu sangat tidak menyakitkkan. Ingin lebih? Aku sudah menyesuaikannya di dalam khayalanku saja.
Sedih, senang, rasanya bercampur aduk. Kadang orang lain tidak bisa mengerti perasaanku, kadang orang lain hanya menebar senyum palsu seolah-olah mereka tahu semua itu. Pernah aku berpikir tidakkah capek rasanya memakai dua topeng sekaligus, bahkan ada yang lebih dari itu. Aku heran betapa ingin sekali mereka dengan kata perhatian. Aku benci orang yang hanya berpura pura saja, seenggaknya mereka taulah apa yang ingi mereka sembunyikan di balik semua senyum dan tawa itu.
Jengah !
Aku terlalu mudah percaya dengan orang lain. Taukah kenapa? Karna aku tau sebuah kepercayaan adalah hal yang sangat penting, walau seberapa banyak mereka berbohong. Tapi aku juga harus pintar seperti mereka. berpikir jadi manusia jangan setolol mereka yang suka membohongi, setidaknya mencobalah untuk memilik dua topeng
Tidak salah juga mencoba untuk menjadi seorang tokoh dengan peran antagonis. Melempar vas bunga mawar ke atas langit. Dalam hidup ini menjadi orang baik sama dengan menunduk menyungsuhkan kaki mereka yang berkuasa. Tak ada artinya jika kau terus menerus membungkkuk seperti batu malin kundang. Kau tau hormati mereka yang pantas kau hormati dan juga yang menghormatimu. Tuhan yang menentukan kapan kau harus menunduk dan menengadah.
Buat apa memilih hal yang tak pasti, jika memang tak pasti pastikannlah bahwa itu cukup bahkan sangat cukup untuk mendapingimu.
Bercampur aduk rasanya tulisan ini, karena apa? Karena pikiranku terbang entah kemana. Haha kadang aku tertawa sendiri merenungkan kebingungan diri ini. Menganggap bahwa aku sudah bisa tersenyum tanpa orang lain membuat senyum itu melekat pada bibirku ini.

Trims
Lope lope

Tidak ada komentar:

Posting Komentar